Di era digital, internet membuka peluang besar untuk belajar, berkreasi, dan bersosialisasi. Namun, di balik manfaatnya, ada ancaman yang sering tidak disadari: predator online. Mereka biasanya menyamar sebagai teman sebaya, membangun kedekatan, lalu memanipulasi korban terutama anak dan remaja untuk tujuan berbahaya.
Bayangkan seorang remaja bernama Dinda yang hobi bermain Roblox. Ia sering berkomunikasi dengan pemain lain yang tampak ramah di dalam game. Awalnya hanya ngobrol soal cara membangun dunia virtual, lama-kelamaan pemain tersebut mulai mengajak Dinda pindah obrolan ke aplikasi lain, meminta foto pribadi, bahkan mendesak untuk bertemu. Situasi seperti ini adalah pola klasik “grooming online” yang menjadi strategi predator digital.
Bagaimana Predator Online Bekerja?
Bayangkan seorang remaja bernama Dinda yang hobi bermain Roblox. Ia sering berkomunikasi dengan pemain lain yang tampak ramah di dalam game. Awalnya hanya ngobrol soal cara membangun dunia virtual, lama-kelamaan pemain tersebut mulai mengajak Dinda pindah obrolan ke aplikasi lain, meminta foto pribadi, bahkan mendesak untuk bertemu. Situasi seperti ini adalah pola klasik “grooming online” yang menjadi strategi predator digital.
Bagaimana Predator Online Bekerja?
- Membangun Kepercayaan – Menyamar sebagai teman sebaya atau orang yang “mengerti” korban.
- Eksploitasi Emosional – Memberikan perhatian, hadiah dalam game, atau pujian berlebihan.
- Normalisasi Perilaku Berbahaya – Meminta informasi pribadi atau foto sensitif secara bertahap.
- Kontrol dan Ancaman – Setelah mendapat materi, predator sering menggunakan ancaman agar korban tetap diam.
Pencegahan
Agar anak dan remaja lebih terlindungi, berikut langkah yang bisa diterapkan orang tua dan pendidik:
- Bangun komunikasi terbuka dengan anak tentang aktivitas online.
- Ajarkan literasi digital sejak dini: jangan bagikan data pribadi, foto, atau lokasi ke orang asing.
- Gunakan parental control di platform seperti Roblox (fitur chat filter, privacy settings).
- Edukasi soal “red flags”: jika ada pemain yang mengajak ke aplikasi lain, meminta rahasia, atau mendesak bertemu.
- Biasakan verifikasi identitas teman online dengan orang tua sebelum menjalin interaksi lebih jauh.
Penanggulangan
Jika sudah terjadi indikasi ancaman dari predator online:
- Segera hentikan komunikasi dengan pelaku.
- Simpan bukti percakapan, screenshot, atau rekaman untuk laporan.
- Laporkan ke platform (misalnya fitur Report Abuse di Roblox).
- Hubungi pihak berwenang seperti Kepolisian Siber (Patroli Siber Bareskrim Polri).
- Berikan pendampingan psikologis kepada korban agar tidak merasa bersalah atau trauma mendalam.
Predator online memanfaatkan kerentanan anak dan remaja di dunia digital. Karena itu, literasi digital menjadi tameng utama: semakin paham anak terhadap bahaya dunia maya, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi korban. Namun, peran orang tua, guru, dan komunitas juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan digital yang aman—baik di media sosial, aplikasi chat, maupun game populer seperti Roblox.
Penulis: Nano Romansyah
Olah Grafis: Muhammad Sulton Hasan Wibowo
Sumber
- UNICEF Indonesia, Child Online Protection (2024)
- Kominfo RI, Indonesia Makin Cakap Digital 2025
- Roblox Help Center – Safety and Security Features
- GovInsider Asia – Regulasi Perlindungan Anak di Dunia Digital Indonesia