Tahun 2025 membawa kabar mengejutkan bagi dunia keamanan siber di Indonesia. Laporan terbaru menyebutkan bahwa kasus pencurian kredensial meningkat dengan sangat pesat dibanding tahun lalu. Lonjakan drastis ini menandakan bahwa serangan digital semakin canggih dan menyasar siapa saja, mulai dari perusahaan besar hingga pengguna internet sehari-hari.
Bayangkan seorang karyawan bernama Wisnu. Ia rutin bekerja menggunakan email kantor, mengakses dokumen penting, hingga login ke berbagai aplikasi. Suatu pagi, ia menerima pesan yang terlihat seperti notifikasi resmi dari platform populer. Tanpa curiga, ia mengklik tautan tersebut dan memasukkan data login. Dalam hitungan jam, akunnya dibajak. Data pribadi hingga akses perusahaan terancam bocor. Kasus seperti Wisnu kini bukan lagi pengecualian, melainkan bagian dari gelombang besar pencurian kredensial yang sedang melanda.
Mengapa Lonjakan Ini Terjadi?
Ada beberapa faktor utama yang membuat angka pencurian kredensial melonjak begitu tinggi:
Bayangkan seorang karyawan bernama Wisnu. Ia rutin bekerja menggunakan email kantor, mengakses dokumen penting, hingga login ke berbagai aplikasi. Suatu pagi, ia menerima pesan yang terlihat seperti notifikasi resmi dari platform populer. Tanpa curiga, ia mengklik tautan tersebut dan memasukkan data login. Dalam hitungan jam, akunnya dibajak. Data pribadi hingga akses perusahaan terancam bocor. Kasus seperti Wisnu kini bukan lagi pengecualian, melainkan bagian dari gelombang besar pencurian kredensial yang sedang melanda.
Mengapa Lonjakan Ini Terjadi?
Ada beberapa faktor utama yang membuat angka pencurian kredensial melonjak begitu tinggi:
Pesan palsu kini dibuat dengan kecerdasan buatan, sehingga semakin sulit dibedakan dari notifikasi asli.
- Malware Stealer
Perangkat lunak berbahaya mampu mencuri password yang tersimpan di browser atau aplikasi tanpa disadari.
- Malware-as-a-Service
Kini siapa pun bisa “menyewa” layanan serangan, membuat jumlah pelaku kejahatan digital semakin banyak.
- Lambatnya deteksi
Rata-rata, berdasarkan Check Point Research butuh waktu hingga 94 hari untuk mendeteksi kredensial yang bocor, waktu yang cukup bagi peretas untuk mengeksploitasi korban.
Dampaknya
Lonjakan 160% bukan hanya angka statistik, tetapi juga mencerminkan kerugian nyata. Kebocoran kredensial bisa menyebabkan:
Dampaknya
Lonjakan 160% bukan hanya angka statistik, tetapi juga mencerminkan kerugian nyata. Kebocoran kredensial bisa menyebabkan:
- Pencurian data pribadi dan finansial.
- Peretasan akun perusahaan, menyebabkan kerugian operasional.
- Penyebaran lebih luas ke jaringan internal yang bisa melumpuhkan sistem.
Bagaimana Mencegahnya?
Langkah pencegahan yang konsisten bisa menurunkan risiko pencurian kredensial secara signifikan:
Gunakan autentikasi multi-faktor (MFA) di setiap akun penting.
- Hindari klik tautan mencurigakan, meski terlihat resmi.
- Gunakan password manager untuk membuat kata sandi yang kuat dan unik.
- Perbarui software dan sistem operasi secara rutin agar celah keamanan tertutup.
- Edukasi diri dan lingkungan kerja tentang bahaya phishing berbasis AI.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Sudah Terkena?
Jika menjadi korban, jangan panik. Segera lakukan langkah penanggulangan berikut:
- Ganti semua password akun yang terindikasi bocor.
- Laporkan ke pihak berwenang atau CS platform yang digunakan.
- Aktifkan notifikasi login untuk mendeteksi akses mencurigakan.
- Gunakan layanan monitoring kredensial untuk memastikan data tidak beredar di dark web.
Lonjakan pesat pada pencurian kredensial pada 2025 adalah peringatan serius. Era digital membawa banyak kemudahan, namun juga risiko yang kian kompleks. Tanpa literasi keamanan siber yang memadai, siapa pun bisa menjadi korban berikutnya. Kewaspadaan, pencegahan, dan kesiapan penanggulangan menjadi kunci agar kita tetap aman dalam beraktivitas digital.
Penulis: Nano Romansyah
Olah Grafis: Muhammad Sulton Hasan Wibowo
Sumber:
Check Point Research, Credential Theft Report 2025
ITPro – Credential theft surged 160% in 2025